A. Hukum
Membaca Qunut Subuh
Di dalam
madzab syafii sudah disepakati bahwa membaca doa qunut dalam shalat subuh pada
I’tidal rekaat kedua adalah sunnah ab’ad. Sunnah Ab’ad artinya diberi pahala
bagi yang mengerjakannya dan bagi yang lupa mengerjakannya disunnahkan
menambalnya dengan sujud syahwi.
Tersebut
dalam Al majmu’ syarah muhazzab jilid III/504 sebagai berikut :
“Dalam
madzab syafei disunnatkan qunut pada waktu shalat subuh baik ketika turun
bencana atau tidak. Dengan hukum inilah berpegang mayoritas ulama salaf dan
orang-orang yang sesudah mereka. Dan diantara yang berpendapat demikian adalah
Abu Bakar as-shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin affan, Ali bin abi thalib,
Ibnu abbas, Barra’ bin Azib – semoga Allah meridhoi mereka semua. Ini
diriwayatkan oleh Baihaqi dengan sanad yang shahih. Banyak pula orang tabi’in
dan yang sesudah mereka berpendapat demikian. Inilah madzabnya Ibnu Abi Laila,
Hasan bin Shalih, Malik dan Daud.”
Dalam kitab
al-umm jilid I/205 disebutkan bahwa Imam syafei berkata :
“Tidak ada
qunut pada shalat lima waktu selain shalat subuh. Kecuali jika terjadi bencana,
maka boleh qunut pada semua shalat jika imam menyukai”.
Imam
Jalaluddin al-Mahalli berkata dalam kitab Al-Mahalli jilid I/157 :
“Disunnahkan
qunut pada I’tidal rekaat kedua dari shalat subuh dan dia adalah
“Allahummahdinii fiman hadait….hingga akhirnya”.
Demikian
keputusan hokum tentang qunut subuh dalam madzab syafii.
B.
Dalil-Dalil Kesunattan qunut subuh
Berikut ini
dikemukakan dalil dalil tentang kesunnatan qunut subuh yang diantaranya adalah
sebagai berikut :
- Hadits dari Anas ra.
“Bahwa Nabi
saw. pernah qunut selama satu bulan sambil mendoakan kecelakaan atas mereka
kemudian Nabi meninggalkannya.Adapun pada shalat subuh, maka Nabi melakukan qunut
hingga beliau meninggal dunia”
Hadits ini
diriwayatkan oleh sekelompok huffadz dan mereka juga ikut meriwayatkannya dan
mereka juga ikut menshahihkannya. Diantara ulama yang mengakui keshahihan hadis
ini adalah Hafidz Abu Abdillah Muhammad ali al-balkhi dan Al-Hakim Abu Abdillah
pada beberapa tempat di kitabnya serta imam Baihaqi. Hadits ini juga turut di
riwayatkan oleh Darulquthni dari beberapa jalan dengan sanad-sanad yang shahih.
حدثنا عمرو بن علي الباهلي ، قال : حدثنا خالد بن يزيد ، قال : حدثنا أبو جعفر الرازي ، عن الربيع ، قال : سئل أنس عن قنوت (1) النبي صلى الله عليه وسلم : « أنه قنت شهرا » ، فقال : ما زال النبي صلى الله عليه وسلم يقنت حتى مات قالوا : فالقنوت في صلاة الصبح لم يزل من عمل النبي صلى الله عليه وسلم حتى فارق الدنيا ، قالوا : والذي روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قنت شهرا ثم تركه ، إنما كان قنوته على من روي عنه أنه دعا عليه من قتلة أصحاب بئر معونة ، من رعل وذكوان وعصية وأشباههم ، فإنه قنت يدعو عليهم في كل صلاة ، ثم ترك القنوت عليهم ، فأما في الفجر ، فإنه لم يتركه حتى فارق الدنيا ، كما روى أنس بن مالك عنه صلى الله عليه وسلم في ذلك وقال آخرون : لا قنوت في شيء من الصلوات المكتوبات ، وإنما القنوت في الوتر
حدثنا عمرو بن علي الباهلي ، قال : حدثنا خالد بن يزيد ، قال : حدثنا أبو جعفر الرازي ، عن الربيع ، قال : سئل أنس عن قنوت (1) النبي صلى الله عليه وسلم : « أنه قنت شهرا » ، فقال : ما زال النبي صلى الله عليه وسلم يقنت حتى مات قالوا : فالقنوت في صلاة الصبح لم يزل من عمل النبي صلى الله عليه وسلم حتى فارق الدنيا ، قالوا : والذي روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قنت شهرا ثم تركه ، إنما كان قنوته على من روي عنه أنه دعا عليه من قتلة أصحاب بئر معونة ، من رعل وذكوان وعصية وأشباههم ، فإنه قنت يدعو عليهم في كل صلاة ، ثم ترك القنوت عليهم ، فأما في الفجر ، فإنه لم يتركه حتى فارق الدنيا ، كما روى أنس بن مالك عنه صلى الله عليه وسلم في ذلك وقال آخرون : لا قنوت في شيء من الصلوات المكتوبات ، وإنما القنوت في الوتر
Dikatakan
oleh Umar bin Ali Al Bahiliy, dikatakan oleh Khalid bin Yazid, dikatakan Jakfar
Arraziy, dari Arrabi’ berkata : Anas ra ditanya tentang Qunut Nabi saw bahwa
apakah betul beliau saw berqunut sebulan, maka berkata Anas ra : beliau saw
selalu terus berqunut hingga wafat, lalu mereka mengatakan maka Qunut Nabi saw
pada shalat subuh selalu berkesinambungan hingga beliau saw wafat, dan mereka
yg meriwayatkan bahwa Qunut Nabi saw hanya sebulan kemudian berhenti maka yg
dimaksud adalah Qunut setiap shalat untuk mendoakan kehancuran atas musuh
musuh, lalu (setelah sebulan) beliau saw berhenti, namun Qunut di shalat subuh
terus berjalan hingga beliau saw wafat. (Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 2 hal 211 Bab Raf’ul
yadayn filqunut, Sunan Imam Baihaqi ALkubra Juz 3 hal 41, Fathul Baari Imam Ibn
Rajab Kitabusshalat Juz 7 hal 178 dan hal 201, Syarh Nawawi Ala shahih Muslim
Bab Dzikr Nida Juz 3 hal 324, dan banyak lagi).
2. Hadits
dari Awam Bin Hamzah dimana beliau berkata :
“Aku
bertanya kepada Utsman –semoga Allah meridhoinya- tentang qunut pada
Subuh. Beliau berkata : Qunut itu sesudah ruku. Aku bertanya :” Fatwa siapa?”,
Beliau menjawab : “Fatwa Abu Bakar, Umar dan Utsman Radhiyallahu ‘anhum”.
Hadits ini
riwayat imam Baihaqi dan beliau berkata : “Isnadnya Hasan”. Dan Baihaqi juga
meriwayatkan hadits ini dari Umar Ra. Dari beberapa jalan.
3.
Hadits dari Abdullah bin Ma’qil at-Tabi’i
“Ali Ra.
Qunut pada shalat subuh”.
Diriwayatkan
oleh Baihaqi dan beliau berkata : “Hadits tentang Ali Ra. Ini shahih lagi
masyhur.
4. Hadits
dari Barra’ Ra. :
“Bahwa
Rasulullah Saw. melakukan qunut pada shalat subuh dan maghrib”. (HR. Muslim).
5.
Hadits dari Barra’ Ra. :
“Bahwa
Rasulullah Saw. melakukan qunut pada shalat subuh”. (HR. Muslim).
Hadits no. 4
diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dengan tanpa penyebutan shalat maghrib.
Imam Nawawi dalam Majmu’ II/505 mengatakan : “Tidaklah mengapa meninggalkan
qunut pada shalat maghrib karena qunut bukanlah sesuatu yang wajib atau karena
ijma ulama menunjukan bahwa qunut pada shalat maghrib sudah mansukh hukumnya”.
6.
Hadits dari Abi rofi’
“Umar
melakukan qunut pada shalat subuh sesudah ruku’ dan mengangkat kedua tangannya
serta membaca doa dengn bersuara”. (HR Baihaqi dan ia mengatakan hadis ini shahih).
7.
Hadits dari ibnu sirin, beliau berkata :
- “Aku berkata kepada anas : Apakah Rasulullah SAW. melakukan qunut pada waktu subuh? Anas menjawab : Ya, begitu selesai ruku”. (HR. Bukhary Muslim).
8.
Hadits dari Abu hurairah ra. Beliau berkata :
“Rasulullah
Saw. jika beliau mengangkat kepalanya dari ruku pada rekaat kedua shalat subuh
beliau mengangkat kedua tangannya lalu berdoa : “Allahummah dini fii man hadait
….dan seterusnya”. (HR. Hakim dan dia menshahihkannya).
9.
Hadits dari Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. Beliau berkata :
“Aku diajari
oleh rasulullah Saw. beberapa kalimat yang aku ucapkan pada witir yakni :
Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan
selain mereka dengan isnad yang shahih)
10.
Hadits dari Ibnu Ali bin Thalib ra. (Berkaitan dengan hadist no. 8)
Imam Baihaqi
meriwayatkan dari Muhammad bin Hanafiah dan beliau adalah Ibnu Ali bin
Thalib ra. Beliau berkata :
“Sesungguhnya
doa ini adalah yang dipakai oleh bapakku pada waktu qunut diwaktu shalat subuh” (Al-baihaqi II/209).
11.
Hadist doa qunut subuh dari Ibnu Abbas ra. :
Tentang doa
qunut subuh ini, Imam baihaqi juga meriwayatkan dari beberapa jalan yakni ibnu
abbas dan selainnya:
“Bahwasanya
Nabi Saw. mengajarkan doa ini (Allahummah dini fii man hadait ….dan seterusnya)
kepada para shahabat agar mereka berdoa dengannya pada waktu qunut di shalat
subuh” (Al-baihaqi
II/209).
Demikianlah
Beberapa Dalil yang dipakai para ulama-ulama shlusunnah dari madzab syafiiyah
berkaitan dengan fatwa mereka tentang qunut subuh.
Dari sini
dapat dilihat keshahihan hadis-hadisnya karena dishahihkan oleh Imam-imam
hadits ahlusunnah yang terpercaya. Hati-hati dengan orang-orang khalaf akhir
zaman yang lemah hafalan hadisnya tetapi mengaku ahli hadis dan banyak
mengacaukan hadis-hadis seperti mendoifkan hadis shahih dan sebaliknya.
C. Tempat
Qunut Subuh dan nazilah adalah Sesudah ruku rekaat terakhir.
Tersebut
dalam Al-majmu Jilid III/506 bahwa : “Tempat qunut itu adalah sesudah
mengangkat kepala dari ruku. Ini adalah ucapan Abu Bakar as-shidiq, Umar bin
Khattab dan Utsman serta Ali ra.hum.
Mengenai
Dalil-dalil qunut sesudah ruku :
- Hadits dari Abu Hurairah :
“Bahwa Nabi
Qunut sesungguhnya sesudah ruku” (HR. Bukhary muslim).
2.
Hadits dari ibnu sirin, beliau berkata :
“Aku berkata
kepada anas : Apakah Rasulullah SAW. melakukan qunut pada waktu subuh? Anas
menjawab : Ya, begitu selesai ruku”. (HR. Bukhary Muslim).
3.
Hadis dari Anas Ra.
“Bahwa Nabi
Saw. melakukan qunut selama satu bulan sesudah ruku pada subuh sambil mendoakan
kecelakaan keatas bani ‘ushayyah” (HR. Bukhary Muslim).
4. Hadits
Dari Awam Bin hamzah dan Rofi yang sudah disebutkan pada dalil 4 dan 5 tentang
kesunnatan qunut subuh.
5.
Riwayat Dari Ashim al-ahwal dari Anas Ra. :
“Bahwa Anas
Ra. Berfatwa tentang qunut sesudah ruku”.
6.
Hadits dari Abu hurairah ra. Beliau berkata :
“Rasulullah
Saw. jika beliau mengangkat kepalanya dari ruku pada rekaat kedua shalat subuh
beliau mengangkat kedua tangannya lalu berdoa : “Allahummah dini fii man hadait
….dan seterusnya”. (HR. Hakim dan dia menshahihkannya).
7.
Hadits Riwayat dari Salim dari Ibnu umar ra.
“Bahwasanya
ibnu umar mendengar rasulullah SAW apabila beliau mengangkat kepalanya dari
ruku pada rekaat terakhir shalat subuh, beliau berkata : “Ya Allah laknatlah
sifulan dan si fulan”, sesudah beliau menucapkan sami’allahu liman hamidah.
Maka Allah menurunkan Ayat: “Tidak ada bagimu sesuatu pun urusan mereka itu
atau dari pemberian taubat terhadap mereka karena sesungguhnya mereka itu
adalah orang-orang yang dzalim “ (HR Bukhary).
Terlihat
jelas Bahwa pada qunut nazilah maupun qunut subuh, dilakukan setalah ruku.
Adapun ada riwayat yang menyatakan sebelum ruku, Imam Baihaqi mengatkan dalam
kita Al-majmu :
“Dan
orang-orang yang meriwayatkan qunut sesudah ruku lebih banyak dan lebih kuat
menghafal hadis, maka dialah yang lebih utama dan inilah jalanya para khalifah
yang memperoleh petunjuk – radhiyallahu ‘anhum- pada sebagian besar riwayat
mereka, wallahu a’lam”.
D. Jawaban untuk orang-orang yang
membantah sunnahnya qunut subuh
- Ada yang mendatangkan Hadits bahwa Ummu salamah berkata :
“Bahwa Nabi
Saw. melarang qunut pada waktu subuh “ (Hadis ini Dhoif).
Jawaban : Hadist ini dhaif karena periwayatan
dari Muhammad bin ya’la dari Anbasah bin Abdurahman dari Abdullah bin Nafi’
dari bapaknya dari ummu salamah. Berkata darulqutni :”Ketiga-tiga orang itu
adalah lemah dan tidak benar jika Nafi’ mendengar hadis itu dari ummu salamah”.
Tersebut dalam mizanul I’tidal “Muhammad bin Ya’la’ diperkatakan oleh Imam
Bukhary bahwa ia banyak menhilangkan hadis. Abu hatim mengatakan ianya matruk”
(Mizanul I’tidal IV/70).
Anbasah bin
Abdurrahman menurut Imam Baihaqi hadisnya matruk. Sedangkan Abdullah adalah
orang banyak meriwayatkan hadis mungkar. (Mizanul I’tidal II/422).
2.
Ada yang mengajukan Hadis bahwa Ibnu Abbas ra. Berkata :
“Qunut pada
shalat subuh adalah Bid’ah”
Jawaban : Hadis ini dhaif sekali (daoif
jiddan) karena imam Baihaqi meriwayatkannya dari Abu Laila al-kufi dan beliau
sendiri mengatakan bahwa hadis ini tidak shahih karena Abu Laila itu adalah
matruk (Orang yang ditinggalkan haditsnya). Terlebih lagi pada hadits yang lain
Ibnu abbas sendiri mengatakan :
“Bahwasanya
Ibnu abbas melakukan qunut subuh”.
3.
Ada juga yang mengetangahkan riwayat Ibnu mas’ud yang mengatakan :
“Rasulullah
tidak pernah qunut didalam shalat apapun”.
Jawaban : Riwayat ini menurut Imam Nawawi
dalam Al majmu sangatlah dhoif karena perawinya terdapat Muhammad bin Jabir
as-suhaili yang ucapannya selalu ditinggalkan oleh ahli hadis. Tersebut dalam
mizanul I’tidal karangan az-zahaby bahwa Muhammad bin jabir as-suahaimi adalah
orang yang dhoif menurut perkataan Ibnu Mu’in dan Imam Nasa’i. Imam Bukhary
mengatakan: “ia tidak kuat”. Imam Ibnu Hatim mengatakan : “Ia
dalam waktu akhirnya menjadi pelupa dan kitabnya telah hilang”.
(Mizanul I’tidal III/492).
Dan juga
kita dapat menjawab dengan jawaban terdahulu bahwa orang yang mengatakan “ada”
lebih didahulukan daripada yang mengatakan “tidak ada”
berdasarkan kaidah “Al-mutsbit muqaddam alan naafi”.
4. Ada
orang yg berpendapat bahawa Nabi Muhammad saw melakukan qunut satu bulan shj
berdasarkan hadith Anas ra, maksudnya:
“Bahawasanya
Nabi saw melakukan qunut selama satu bulan sesudah rukuk sambil mendoakan
kecelakaan ke atas beberapa puak Arab kemudian baginda meninggalkannya.” Diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim.
Jawaban : Hadith daripada Anas tersebut
kita akui sebagi hadith yg sahih kerana terdapat dlm kitab Bukhari dan Muslim.
Akan tetapi yg menjadi permasalahan sekarang adalah kata:(thumma tarakahu=
Kemudian Nabi meninggalkannya).
Apakah yg
ditinggalkan oleh Nabi itu?
Meninggalkan
qunutkah? Atau meninggalkan berdoa yg mengandungi kecelakaan ke atas puak-puak
Arab?
Untuk
menjawab permasalahan ini lah kita perhatikan baik2 penjelasan Imam Nawawi dlm
Al-Majmu’jil.3,hlm.505 maksudnya:
“Adapun
jawapan terhadap hadith Anas dan Abi Hurairah r.a dlm ucapannya dengan (thumma
tarakahu) maka maksudnya adalah meninggalkan doa kecelakaan ke atas orang2
kafir itu dan meninggalkan laknat terhadap mereka shj. Bukan meninggalkan
seluruh qunut atau meninggalkan qunut pada selain subuh. Pentafsiran spt ini
mesti dilakukan kerana hadith Anas di dlm ucapannya ’sentiasa Nabi qunut di dlm
solat subuh sehingga beliau meninggal dunia’
adalah sahih lagi jelas maka wajiblah menggabungkan di antara kedua-duanya.”
adalah sahih lagi jelas maka wajiblah menggabungkan di antara kedua-duanya.”
Imam Baihaqi
meriwayatkan dan Abdur Rahman bin Madiyyil, bahawasanya beliau berkata,
maksudnya:
“Hanyalah yg
ditinggalkan oleh Nabi itu adalah melaknat.”
Tambahan
lagi pentafsiran spt ini dijelaskan oleh riwayat Abu Hurairah ra yg berbunyi,
maksudnya:
“Kemudian
Nabi menghentikan doa kecelakaan ke atas mereka.”
Dengan
demikian dapatlah dibuat kesimpulan bahawa qunut Nabi yg satu bulan itu adalah
qunut nazilah dan qunut inilah yg ditinggalkan, bukan qunut pada waktu solat
subuh.
5. Ada
juga orang-orang yg tidak menyukai qunut mengemukakan dalil hadith Saad bin
Thariq yg juga bernama Abu Malik Al-Asja’i, maksudnya:
“Dari Abu
Malik Al-Asja’i, beliau berkata: Aku pernah bertanya kpd bapaku, wahai bapa!
sesungguhnya engkau pernah solat di belakang Rasulullah saw, Abu Bakar, Usman
dan Ali bin Abi Thalib di sini di kufah selama kurang lebih dari lima tahun.
Adakah mereka melakukan qunut?. Dijawab oleh bapanya:”Wahai anakku, itu adalah
bid’ah.”
Diriwayatkan oleh Tirmizi.
Jawaban :
Kalau benar
Saad bin Thariq berkata begini maka sungguh menghairankan kerana hadith2
tentang Nabi dan para Khulafa Rasyidun yg melakukan qunut banyak sangat sama
ada di dlm kitab Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, Nasa’i dan Baihaqi.
Oleh itu
ucapan Saad bin Thariq tersebut tidaklah diakui dan terpakai di dalam mazhab
Syafie dan juga mazhab Maliki.
Hal ini
disebabkan oleh kerana beribu-ribu orang telah melihat Nabi melakukan qunut,
begitu pula sahabat baginda. Manakala hanya Thariq seorang shj yg mengatakan
qunut itu sebagai amalan bid’ah.
Maka dalam
masalah ini berlakulah kaedah usul fiqh iaitu:
“Almuthbitu
muqaddimun a’la annafi”
Maksudnya:
Orang yg menetapkan lebih didahulukan atas orang yg menafikan.
Tambahan
lagi orang yg mengatakan ADA jauh lebih banyak drpd orang yg mengatakan TIDAK
ADA.
Seperti
inilah jawapan Imam Nawawi didlm Al-Majmu’ jil.3,hlm.505, maksudnya:
“Dan jawapan
kita terhadap hadith Saad bin Thariq adalah bahawa riwayat orang2 yg menetapkan
qunut terdapat pada mereka itu tambahan ilmu dan juga mereka lebih banyak. Oleh
itu wajiblah mendahulukan mereka”
Pensyarah
hadith Turmizi yakni Ibnul ‘Arabi juga memberikan komen yang sama terhadap
hadith Saad bin Thariq itu. Beliau mengatakan:”Telah sah dan tetap bahawa
Nabi Muhammad saw melakukan qunut dlm solat subuh, telah tetap pula bahawa Nabi
ada qunut sebelum rukuk atau sesudah rukuk, telah tetap pula bahawa Nabi ada
melakukan qunut nazilah dan para khalifah di Madinah pun melakukan qunut serta
Sayyidina Umar mengatakan bahawa qunut itu sunat, telah pula diamalkan di
Masjid Madinah. Oleh itu janganlah kamu tengok dan jgn pula ambil perhatian
terhadap ucapan yg lain daripada itu.”
Bahkan
ulamak ahli fiqh dari Jakarta yakni Kiyai Haji Muhammad Syafie Hazami di dalam
kitabnya Taudhihul Adillah ketika memberi komen terhadap hadith Saad bin Thariq
itu berkata:
“Sudah
terang qunut itu bukan bid’ah menurut segala riwayat yg ada maka yg bid’ah itu
adalah meragukan kesunatannya sehingga masih bertanya-tanya pula. Sudah gaharu
cendana pula, sudahh tahu bertanya pula”
Dgn demikian
dapatlah kita fahami ketegasan Imam Uqaili yg mengatakan bahawa Abu Malik itu
jangan diikuti hadithnya dlm masalah qunut.(Mizanul I’tidal jil.2,hlm.122).
6. Kelompok
anti madzab katakan : Dalam hadis-hadis yang disebutkan diatas, qunut bermakna
tumaninah/khusu’?
Jawab : Dalam
hadis2 yang ada dlm artikel salafytobat smuanya berarti seperti dalam topik
yang dibicarakan “qunut” = berdoa pada waktu berdiri (setelah ruku)…
qunut dalam hadis-hadis tersebut bukan berati tumaninah atau ruku.!!!
qunut dalam hadis-hadis tersebut bukan berati tumaninah atau ruku.!!!
Mengenai
hadis “qunut” yang bermakna tumaninah/khusu/dsb
Diriwayatkan
dari Jabir Ra. katanya Rasulullah saw. bersabda : afdlalu shshalah
thuululqunuut
artinya : “shalah yg paling baik ialah yang paling panjang qunutnya “
Dalam menjelaskan ayat alqur’an :
“Dan berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dalam keadaan “qanitiin” (al-baqarah 238) (HR Ibnu abi syaibah, muslim, tirmidzi, Ibnu Majah seperti dalam kitan Duurul mantsur).
artinya : “shalah yg paling baik ialah yang paling panjang qunutnya “
Dalam menjelaskan ayat alqur’an :
“Dan berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dalam keadaan “qanitiin” (al-baqarah 238) (HR Ibnu abi syaibah, muslim, tirmidzi, Ibnu Majah seperti dalam kitan Duurul mantsur).
Mujtahid
Rah. maksud qanitiin disini termasuklah ruku, khusyu, rekaat yang panjang/lama
berdiri, mata tunduk kebawah, takut kepada Allah swt.
Makna
qanitiin juga berarti diam atau senyap. Sebelum turun ayat ini ,
masih dibolehkan berbicara dalam shalat, melihat keatas, kebawah,
kesana-kemari, dsb…(lihat hadist bukhary muslim). Setelah turun ayat ini,
perkara-perkara tersebut tidak dibolehkan. (Duurul mantsur)
E. Pendapat
Imam Madzab tentang qunut
1. Madzab
Hanafi :
Disunatkan
qunut pada shalat witir dan tempatnya sebelum ruku. Adapun qunut pada shalat
subuh tidak disunatkan. Sedangkan qunut Nazilah disunatkan tetapi ada shalat
jahriyah saja.
2. Madzab
Maliki :
Disunnatkan
qunut pada shalat subuh dan tempatnya yang lebih utama adalah sebelum ruku,
tetapi boleh juga dilakukan setelah ruku. Adapun qunut selain subuh yakni qunut
witir dan Nazilah, maka keduanya dimakruhkan.
3. Madzab
Syafii
Disunnatkan
qunut pada waktu subuh dan tempatnya sesudah ruku. Begitu juga disunnatkan
qunut nazilah dan qunut witir pada pertengahan bulan ramadhan.
4. Madzab
Hambali
Disunnatkan
qunut pada shalat witir dan tempatnya sesudah ruku. Adapun qunut subuh tidak
disunnahkan. Sedangkan qunut nazilah disunatkan dan dilakukan diwaktu subuh
saja.